Harlem Shake akan trend di Indonesia?
Awas fenomena goyangan baru, yang akhir ini mulai menjadi tren topik di beberapa negara Eropa dan Amerika. Nama goyangnya sendiri adalah Harlem Shake. Asal muasalnya katanya dari anak-anak geng di Australia yang di abadikan di situs youtube.
mmmmm....kalau dilihat-liat dari gerakannya, sepertinya di Indonesia gak bakalan ngebomm seperti goyangan-goyangan sebelumnya seperti goyangan gangnam style. Pasalnya itu tarian sudah berpuluh tahun sudah ada di Indonesia.
goyangan harlem shake punya saingan berat dengan goyangan yang sudah lama digandrungi kaum muda dan tua Indonesia. bahkan goyangan ini sudah ada beberapa versi, ada versi ngebor, versi jongkok, versi burung dan lain-lain.
Goyang Dangdut lah yang menjadi pesaing berat goyang Harlem Shake..
ckckckck...
Minggu, 31 Maret 2013
Kamis, 21 Maret 2013
Tak Hanya Batik China, Batik Malaysia pun Dijual di Indonesia
Jakarta - Tidak hanya batik buatan China, batik 'Made
in Malaysia' pun nyatanya telah menembus pasar lokal Indonesia. Ketua
Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat mengatakan batik Malaysia
yang beredar di pasaran lokal Indonesia sangat kecil dan tidak sebesar
batik China.
"Batik China di pasar kita itu besar rembesannya, kalo batik Malaysia kecil hanya 1%," ungkap Ade saat dihubungi detikFinance, kamis (21/3/2013).
Ia pun mengatakan alasan batik Malaysia sangat sedikit dijumpai di pasaran Indonesia adalah karena mahalnya harga jual batik tersebut. Per potong baju kemeja batik asal Malaysia model standar dijual dengan harga Rp 60.000.
"Harga jualnya tidak murah batik Malaysia itu. Batik Malaysia lebih mahal dari Indonesia. kisaran harga kalo Malaysia 1 kemeja bahan model standar sudah Rp 60 ribu/potong sedangkan Indonesia Rp 30-40 ribu sedangkan China Rp 12-15 ribu/potong," imbuhnya.
Namun ia menegaskan bahwa yang perlu diwaspadai adalah batik China. Ia berpendapat karena harga jual yang relatif murah, batik China bisa menjadi primadona masyarakat Indonesia dalam berpakaian.
"Lihat deh harga jual batik China harganya Rp 12-15 ribu/helai, matilah batik kita," cetusnya.
"Batik China di pasar kita itu besar rembesannya, kalo batik Malaysia kecil hanya 1%," ungkap Ade saat dihubungi detikFinance, kamis (21/3/2013).
Ia pun mengatakan alasan batik Malaysia sangat sedikit dijumpai di pasaran Indonesia adalah karena mahalnya harga jual batik tersebut. Per potong baju kemeja batik asal Malaysia model standar dijual dengan harga Rp 60.000.
"Harga jualnya tidak murah batik Malaysia itu. Batik Malaysia lebih mahal dari Indonesia. kisaran harga kalo Malaysia 1 kemeja bahan model standar sudah Rp 60 ribu/potong sedangkan Indonesia Rp 30-40 ribu sedangkan China Rp 12-15 ribu/potong," imbuhnya.
Namun ia menegaskan bahwa yang perlu diwaspadai adalah batik China. Ia berpendapat karena harga jual yang relatif murah, batik China bisa menjadi primadona masyarakat Indonesia dalam berpakaian.
"Lihat deh harga jual batik China harganya Rp 12-15 ribu/helai, matilah batik kita," cetusnya.
Label:
Batik,
Batik China,
batik Cina,
Batik Malaysia
Lokasi:
Jakarta, Indonesia
Serbuan Tekstil Asing Ironis, 60% Pakaian dan Tekstil di Tanah Abang Berasal dari Impor
Jakarta - Serbuan produk impor dirasakan betul hingga
ke pasar tradisional seperti Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tekstil
dan produk tekstil (garmen/pakain jadi) impor telah menggeser produk
lokal hingga menguasai 60% di Tanah Abang.
Ketua I Koperasi Pedagang Pasar Tanah Abang Yasril Umar menyatakan serbuan produk impor ini mampu mengubah porsi produk lokal dan impor yang ada di pasar grosir tekstil dan produk tekstil terbesar di Indonesia tersebut. Sebelumnya produk lokal menguasai pangsa pasar hingga 70%, namun saat ini justru produk impor mencapai 60%.
"Dulu, porsi produk lokal berbanding impor 70:30. Sekarang porsinya terbalik, pada kisaran 40:60," ujar Yasril kepada detikFinance, Jumat (22/3/2013).
Yasril menyatakan porsi tersebut berubah setelah maraknya barang-barang dari China yang masuk ke Pasar Tanah Abang. Dia menambahkan produk yang masuk itu kebanyakan produk fashion untuk wanita.
"Kebanyakan produk-produk fashion untuk wanita, jeans dan produk kaus," jelasnya.
Selain dari China, lanjut Yasril, produk fashion asal India juga mulai ramai diperjualbelikan di pasar ini. "Juga produk dari India," pungkasnya.
Seperti diketahui perdagangan bebas yang digulirkan sepuluh tahun lalu, khususnya penurunan tarif pada tekstil dan produk tekstil telah efektif berlaku awal 2010 lalu melalui skema ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) tak bisa dihindarkan. Sehingga barang-barang tekstil dan produk tekstil asal China maupun negara ASEAN lainnya mengalami penurunan tarif bea masuk signifikan.
Ketua I Koperasi Pedagang Pasar Tanah Abang Yasril Umar menyatakan serbuan produk impor ini mampu mengubah porsi produk lokal dan impor yang ada di pasar grosir tekstil dan produk tekstil terbesar di Indonesia tersebut. Sebelumnya produk lokal menguasai pangsa pasar hingga 70%, namun saat ini justru produk impor mencapai 60%.
"Dulu, porsi produk lokal berbanding impor 70:30. Sekarang porsinya terbalik, pada kisaran 40:60," ujar Yasril kepada detikFinance, Jumat (22/3/2013).
Yasril menyatakan porsi tersebut berubah setelah maraknya barang-barang dari China yang masuk ke Pasar Tanah Abang. Dia menambahkan produk yang masuk itu kebanyakan produk fashion untuk wanita.
"Kebanyakan produk-produk fashion untuk wanita, jeans dan produk kaus," jelasnya.
Selain dari China, lanjut Yasril, produk fashion asal India juga mulai ramai diperjualbelikan di pasar ini. "Juga produk dari India," pungkasnya.
Seperti diketahui perdagangan bebas yang digulirkan sepuluh tahun lalu, khususnya penurunan tarif pada tekstil dan produk tekstil telah efektif berlaku awal 2010 lalu melalui skema ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) tak bisa dihindarkan. Sehingga barang-barang tekstil dan produk tekstil asal China maupun negara ASEAN lainnya mengalami penurunan tarif bea masuk signifikan.
Lokasi:
Jakarta, Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)